METAL: A HEADBANGER'S JOURNEY

Sutradara: Sam Dunn & Scot McFadyen
Narasumber: Ronnie James Dio, Lemmy Kilmister, Tom Araya, Tony Iommi, Alice Cooper, Bruce Dickinson, Dee Snider, dll.
Entertaining, dan sangat informatif! Sebuah film dokumenter yang baik adalah sebuah film yang tidak meninggalkan audience-nya
sedikit bingung tapi dengan jelas memberikan informasi sebanyaknya dalam jangka waktu yang terbatas. Metal: A Headbanger's
Journey, memenuhi syarat tersebut. Sutradara/produser Sam Dunn, seorang antropolog dan fans musik heavy metal yang kini
berusia 32 tahun ini memang terlihat sekali mendalami kecintaannya kepada heavy metal. Sebuah proyek labor of love yang berhasil
menerjemahkan sejarah menjadi tontonan edukatif tentang budaya metal yang sudah berjalan 30 tahun lebih. Menjadi fans heavy
metal sejak berusia 12 tahun, Sam Dunn sudah pasti akan mempelajari mata kuliah heavy metal semasa kuliahnya kalau saja ada
dalam kurikulumnya. Bisa jadi, ini sebuah film dokumenter tentang musik yang paling deskriptif. Membahas dari segi budaya,
sosialogi, akademis, Metal: A Headbanger's Journey merupakan proyek yang sangat serius tanpa harus menjadi sesuatu yang
membosankan. Deskriptif, informatif dan juga edukatif. Dengan keahlian antropologi, antropolog asal Kanada ini membedah dan
mempelajari budaya heavy metal ini dengan berkeliling dunia melakukan riset dan interview seperti ke Inggris, Amerika Serikat,
Norwegia, Jerman. Non-metal fans akan sangat dapat menikmati film dokumenter ini dan mendapatkan sesuatu, sementara fans
metal, mendapatkan banyak sekali. Dari interview-interview mendalam tentang heavy metal dengan musisi-musisi papan atas seperti
Ronnie James Dio, Lemmy Kilmister, Tom Araya, Tony Iommi, Alice Cooper, Bruce Dickinson, Dee Snider, hingga musisi-musisi
heavy metal terkini seperti Cannibal Corpse, Lamb Of God, Rob Zombie, Gorgoroth, Enslaved, etc. Interview-interview yang
menarik juga datang dari interview para sosiolog, budayawan, pengamat musik, jurnalis, penulis, dan fans heavy metal itu sendiri.
Dari sejarah akar sound musik heavy metal sampai ke akar hornsign salute, lambang universal para fans heavy metal. Juga analisa
bagaimana musik heavy metal selalu mendapat konotasi negatif dari lingkungan sosial karena kecenderungannya yang selalu
provokatif. Dari badan sensor, agama, hingga lingkungan sosial. Salah satu highlight film ini adalah interview dengan Dee Snider
mengenai hearingnya di senat pemerintah karena interpretasi lirik Twisted Sister oleh PMRC. Ternyata dari dalam pemikiran
seorang rocker yang tampak seperti seorang dunderhead, tersimpan pemikiran yang cerdas dan intelektual. Juga, quote Lemmy
ketika ditanya tentang groupies di backstage, "I love women. I think they should be naked backstage all the time." Tidak perlu menuduh Lemmy sexist, tidak seserius itu, tapi karena yang bicara adalah Lemmy, tidak mungkin tanpa tersenyum sedikitpun
mendengarkannya. Tapi DVD ini juga bukan berarti sempurna, ada beberapa kekurangan minor seperti tidak ada sama sekali peran
Metallica era 1986-1989 yang menjadi heavy metal giants [juga Judas Priest!], membahas bagaimana musik heavy metal dapat
tersebar secara global hanya dengan tape trading dan media fanzine [tidak ada internet di jaman ini!], dan mungkin beberapa nama
yang seharusnya lebih banyak diulas seperti Varg Vikernes [Burzum, scenester black metal Norwegia yang mendekam di penjara
karena membakar banyak gereja dan membunuh rekan black metalnya sendiri, Euronymous-Mayhem], para produser heavy metal
seperti orang-orang di belakang Metal Blade Records, Earache, dll. Tapi tetap saja tontonan sepanjang 80 menit ini menjadi sebuah
tontonan yang menarik dan penting. It's like getting to know your roots deeper. Belum lagi ada DVD 2 yang berisi extended
interviews, liputan khusus black metal Norwegia, dokumentasi Bergen Film Festival [Norwegia], travel outtakes, interview lama
dengan Lemmy 'God' Kilmister [Motorhead], pohon keluarga heavy metal dengan roots-nya [metal, shockrock, hardrock,
glammetal, stonermetal, deathmetal, Swedish metal, thrashmetal, blackmetal, Norwegian black metal, grindcore, grunge-metal,
industrial metal, hard alternative, dll] yang ekstensif dan lengkap. Ending film ini ditutup dengan kalimat yang bagi fans heavy metal
akan terasa meneduhkan, dan membuat kecintaan akan genre dan budaya musik ini semakin teguh. Mengharukan. Even I want to
cry. Well, it's probably not my best description, but what the hell. Sang antropolog telah berhasil membuat sebuah film yang definitif
tentang musik yang dicintainya, dan tentunya sebuah film bagus buat kita para fans heavy metal. Go fukking get this!
0 comments:
Post a Comment